CHANNEL8.CO.ID, JAKARTA – Siti Hediati Harijadi atau yang akrab disapa Titiek Soeharto merupakan anak keempat dari Presiden Soeharto dan Siti Hartinah atau Ibu Tien. Titiek pun membagikan kenangannya tatkala diasuh dengan penuh kehangatan oleh kedua orang tua.
Titiek mengenang masa kecilnya dengan membagikan unggahan di sebuah villa milik Keluarga Cendana, di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Dahulu, Keluarga Cendana kerap berlibur di villa tersebut.
Napak tilas atas memori kebersamaan dengan keluarga itu dilakukan Titiek, belum lama ini. Ia berkunjung ke villa keluarga di Tawangmangu setelah sekian lama tak berkunjung ke sana.
Titiek disambut dengan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk di sekitaran villa karena berada di kaki Gunung Lawu. Ia juga berkeliling villa, membayangkan betapa kecil kaki-kaki masa kecilnya yang berlari-larian di sekitaran villa.
Beberapa pemandangan ada yang telah berubah, namun sebagian besarnya masih tetap sama. Titiek pun membagikan kisah tentang betapa senangnya ia bermain ayunan di taman villa.
Dalam video unggahannya itu, Titiek bercerita bahwa ayunan yang dahulu sering ia naiki masih ada hingga sekarang. Rupa ayunan belum berubah, Titiek ingat betul. Bak kembali ke puluhan tahun yang lalu, ia berayun di ayunan tersebut.
“Ayunan ini sudah ada sejak saya masih kecil, dan masih awet (hingga sekarang,” ujar Titiek.
Meski Titiek dibesarkan oleh dua orang tua yang sibuk, namun ia tetap mendapatkan kehangatan dan didikan yang baik dalam tumbuh kembangnya.
Baca Juga: Kisah Soeharto Kunjungi Bosnia-Herzegovina di Tengah Gejolak Peperangan
Kala Soeharto menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada 1967, Titiek berusia 8 tahun. Titiek bersekolah di sekitaran Menteng. Sekolah Dasarnya di SD Cikini, lalu SMP Negeri 1 Jakarta, lalu SMA Negeri 3 Jakarta. Setelahnya, Titiek kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI).
Profesor Sumitro Djojohadikusumo, yang kerap dijuluki begawan ekonomi Indonesia, sempat mengajar Titiek di FE UI. Menurut pengakuan Sumitro dalam biografinya yang disusun Hendra Esmara, Jejak Perlawanan Begawan Pejuang (2000), ia waktu itu tidak tahu ada anak presiden yang ikut kelasnya.
Baca Juga: Kisah Perjalanan Rahasia Presiden Soeharto Susuri Jalan Desa Hingga Turun ke Sawah
